Kamis, 21 November 2013
Rabu, 23 Oktober 2013
Selasa, 15 Oktober 2013
Selasa, 01 Oktober 2013
Rabu, 22 Mei 2013
UPACARA PERNIKAHAN LOMBOK
Pernikahan Ala Lombok (Merarik)
Ø Pernikahan ala Lombok (Merarik)
Tradisi merarik dalam budaya
masyarakat suku Sasak diLombok, Nusa Tenggara Barat, hingga kini lebih banyak
dipahami sebagai selarian (kawin lari). Oleh karena itu, tidak mengherankan
apabila tradisi merarik lebih banyak mendapat konotasi negatif sebagaimana
pemahaman tentang kawin lari yang biasa dilakukan oleh pasangan remaja yang
tidak mendapat restu dari orangtua.
Bahkan, akibat keluguan masyarakat Sasak yang menyederhanakan kata merarik dengan istilah memaling (mencuri), kesan negatif itu makin sulit dihindari. Meski ada juga tata cara perkawinan yang lain, seperti perjodohan dan melamar, pengertian merarik dengan konotasi negatif lebih banyak dikenal oleh masyarakat dari luar daerah.
Adalah keliru pandangan negatif terhadap tradisi merarik, karena dalam tradisi itu penuh dengan nilai yang mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan di Lombok, ungkap pemerhati budaya Sasak, Lalu Pharmanegara.
Pharmanegara mengatakan, dalam tradisi merarik seharusnya perempuan memiliki posisi yang sangat kuat dalam menentukan masa depannya. Tidak ada paksaan bagi perempuan untuk menentukan pilihannya.
Pemerhati budaya Sasak lainnya, M Yamin, mengatakan bahwa secara etimologis merarik berasal dari kata arik (adik). Dengan demikian, sebagai terminologi,merarik bermakna mengambil perempuan untuk dijadikan istri yang dalam keseharian suami memanggil arik terhadap istrinya.
Kesan negative merarik, menurut M Yamin, karena ia dilakukan diam-diam dan biasanya harus pada malam hari. Kalaupun bisa dilakukan siang hari, adat biasanya mengenakan konsekuensi tambahan.
Yamin mengatakan, dalam merarik, tidak begitu saja anak perempuan diambil dari rumah orangtuanya. Beberapa aturan adat harus dipenuhi, di antaranya yang mengambil harus orang lain, bukan calon suami. Yang ditugaskan mengambil pun bukan hanya kaum lelaki, tapi juga ada kaum perempuan yang akan menemani calon pengantin sampai proses merarik selesai.
Perempuan yang diambil pun tidak boleh dibawa langsung ke rumah calon suami, melainkan disembunyikan, atau dititipkan di rumah orang lain. Bahkan, supaya netral, perempuan yang di-ambil itu dititipkan di rumah tokoh masyarakat, seperti kepala kampung, kepala desa, dan sebagainya.
Upaya dan proses itu ditempuh adalah untuk menghindari kemungkinan pelanggaran adat dan agama. Dalam tradisi masyarakat Sasak, laki-perempuan yang akil-balik, saling pandang pun pantang, apalagi kontak fisik. Karenanya, dalam masa pacaran pun dikenal istilah subandar sebagai mediator kedua pihak
Bahkan, akibat keluguan masyarakat Sasak yang menyederhanakan kata merarik dengan istilah memaling (mencuri), kesan negatif itu makin sulit dihindari. Meski ada juga tata cara perkawinan yang lain, seperti perjodohan dan melamar, pengertian merarik dengan konotasi negatif lebih banyak dikenal oleh masyarakat dari luar daerah.
Adalah keliru pandangan negatif terhadap tradisi merarik, karena dalam tradisi itu penuh dengan nilai yang mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan di Lombok, ungkap pemerhati budaya Sasak, Lalu Pharmanegara.
Pharmanegara mengatakan, dalam tradisi merarik seharusnya perempuan memiliki posisi yang sangat kuat dalam menentukan masa depannya. Tidak ada paksaan bagi perempuan untuk menentukan pilihannya.
Pemerhati budaya Sasak lainnya, M Yamin, mengatakan bahwa secara etimologis merarik berasal dari kata arik (adik). Dengan demikian, sebagai terminologi,merarik bermakna mengambil perempuan untuk dijadikan istri yang dalam keseharian suami memanggil arik terhadap istrinya.
Kesan negative merarik, menurut M Yamin, karena ia dilakukan diam-diam dan biasanya harus pada malam hari. Kalaupun bisa dilakukan siang hari, adat biasanya mengenakan konsekuensi tambahan.
Yamin mengatakan, dalam merarik, tidak begitu saja anak perempuan diambil dari rumah orangtuanya. Beberapa aturan adat harus dipenuhi, di antaranya yang mengambil harus orang lain, bukan calon suami. Yang ditugaskan mengambil pun bukan hanya kaum lelaki, tapi juga ada kaum perempuan yang akan menemani calon pengantin sampai proses merarik selesai.
Perempuan yang diambil pun tidak boleh dibawa langsung ke rumah calon suami, melainkan disembunyikan, atau dititipkan di rumah orang lain. Bahkan, supaya netral, perempuan yang di-ambil itu dititipkan di rumah tokoh masyarakat, seperti kepala kampung, kepala desa, dan sebagainya.
Upaya dan proses itu ditempuh adalah untuk menghindari kemungkinan pelanggaran adat dan agama. Dalam tradisi masyarakat Sasak, laki-perempuan yang akil-balik, saling pandang pun pantang, apalagi kontak fisik. Karenanya, dalam masa pacaran pun dikenal istilah subandar sebagai mediator kedua pihak
Ø Proses
Merarik
Nyongkolan merupakan acara sorong serah yang dimana
pengantin laki-laki mendatangi rumah perempuan, kebiasaan acara nyongkolan ini
diikuti oleh banyak orang karena pengantin laki-laki yang akan berkunjung
kerumah sang perempuan harus dikawal oleh masyarakat banyak layaknya seorang
raja dan ratu yang dikawal perajuritnya. Dengan mengenakan busana adat yang
khas, pengantin dan keluarga yang ditemani oleh para tokoh agama, tokoh
masyarakat atau pemuka adat beserta sanak saudara, berjalan keliling desa atau
dari rumah mempelai pria ke rumah mempelai wanita. Tradisi ini juga merupakan
sebuah bentuk "pengumuman" bahwa pasangan tersebut sudah resmi
menikah.
Hingga saat ini, Nyongkolan masih tetap berlangsung Akan tetapi pada saat ini budaya nyongkolan ini sudah mulai memudar, hal ini disebabkan kurangnya kepedulian masyarakat akan budaya nyongkolan yang dimana budaya nyongkolan ini merupakan ciri khas budaya sasak. Salah satu penyebab kurangnya perhatian masyarakat akan budaya nyongkolan ini adalah budaya nyongkolan zaman dahulu berbeda dengan nyongkolan zaman sekarang, dimana nyongkolan zaman dulu tidak memerlukan biaya yang cukup banyak dan cukup dengan menggunakan tip dan memutar kaset cilokak (lagu asli sasak) sampai rumah sang permpuan, sedangkan nyongkolan zaman sekarang membutuhkan
Hingga saat ini, Nyongkolan masih tetap berlangsung Akan tetapi pada saat ini budaya nyongkolan ini sudah mulai memudar, hal ini disebabkan kurangnya kepedulian masyarakat akan budaya nyongkolan yang dimana budaya nyongkolan ini merupakan ciri khas budaya sasak. Salah satu penyebab kurangnya perhatian masyarakat akan budaya nyongkolan ini adalah budaya nyongkolan zaman dahulu berbeda dengan nyongkolan zaman sekarang, dimana nyongkolan zaman dulu tidak memerlukan biaya yang cukup banyak dan cukup dengan menggunakan tip dan memutar kaset cilokak (lagu asli sasak) sampai rumah sang permpuan, sedangkan nyongkolan zaman sekarang membutuhkan
biaya yang cukup banyak, karena acara nyongkolan harus di iringi
oleh grup musik moderen atau tradisional seperti kecimol, gendang belek, dan
ale-ale (aliran musik campuran moderen dan tradisional), walaupun demikian
budaya nyongkolan sangat perlu dilestarikan oleh masyarakat karena budaya
nyongkolan merupakan ciri khas pulau Lombok.
Disamping masyarakat, pemerintah juga harus ikutserta dalam
melestarikan budaya nyongkolan walaupun dengan cara mengadakan berbagai macam
acara-acara yang berkaitan dengan budaya agar ciri khas suatu daerah tetap
terlihat dengan jelas, karena budaya merupakan aset yang dapat memberikan
kontribusi bagi daerah.
Masyarakat yang akan melakukan nyongkolan semuanya memakai pakaian adat Lombok, yakni Busana Adat Sasak dalam perkembanganya dipengaruhi oleh budaya Etnis Melayu, Jawa, Bali dan Bugis. Pengaruh dari berbagai etnis tersebut beralkulturasi menjadi satu dalam tampilan. Busana adat Sasak di berbagai lokus budaya/ sub etnik juga kita dapatkan berbagai bentuk variasi yang mencirikannya. Dikarenakan budaya Sasak bersendikan agama maka busana Sasak disesuikan dengan aturan agama yang dianut ( mayoritas orang Sasak ; pemeluk Islam). Pemakaian busana adat dilakukan untuk kegiatan yang berkenaan dengan adat dengan tatacara yang beradat. Busana Adat berbeda dengan pakaian kesenian yang boleh memakai “sumping” , berkaca mata hitam, menggunakan pernik-pernik yang menyala keemasan. Dalam ketentuan dalam seminar dan lokakarya Pakain Adat Sasak yang dihadiri oleh para budayawan dan masyarakat adat, telah disepakati pedoman dasar busana adat sasak , jenis dan maknanya sebagai
Masyarakat yang akan melakukan nyongkolan semuanya memakai pakaian adat Lombok, yakni Busana Adat Sasak dalam perkembanganya dipengaruhi oleh budaya Etnis Melayu, Jawa, Bali dan Bugis. Pengaruh dari berbagai etnis tersebut beralkulturasi menjadi satu dalam tampilan. Busana adat Sasak di berbagai lokus budaya/ sub etnik juga kita dapatkan berbagai bentuk variasi yang mencirikannya. Dikarenakan budaya Sasak bersendikan agama maka busana Sasak disesuikan dengan aturan agama yang dianut ( mayoritas orang Sasak ; pemeluk Islam). Pemakaian busana adat dilakukan untuk kegiatan yang berkenaan dengan adat dengan tatacara yang beradat. Busana Adat berbeda dengan pakaian kesenian yang boleh memakai “sumping” , berkaca mata hitam, menggunakan pernik-pernik yang menyala keemasan. Dalam ketentuan dalam seminar dan lokakarya Pakain Adat Sasak yang dihadiri oleh para budayawan dan masyarakat adat, telah disepakati pedoman dasar busana adat sasak , jenis dan maknanya sebagai
A. Busana
Adat Sasaq laki-laki dan maknanya :
1.
Capuq/Sapuk ( batik, palung , songket) : Sapuk merupakan mahkota bagi
pemakainya sebagai tanda kejantanan serta menjaga pemikiran dari hal-hal
yang kotor dan sebagai lambang penghormatan kepada Tuhan yang maha esa.
Jenis dan cara penggunaan sapuq pada pakaian adat sasak tidak dibenarkan meniru
cara penggunaan sapuq untuk ritual agama lain.
2.
Baju Godek Nongkek ( warna gelap ) : merupakan busana pengaruh dari jawa
merupakan adaptasi jas eropa sebagai lambang keanggunan dan kesopanan.
Modifikasi dilakukan bagian belakang pegon agak terbuka untuk
memudahkan penggunaan keris. Bahan yang digunakan sebaiknya
berwarna polos tidak dibuat berenda-renda sebagaimana pakaian kesenian.
3.
Leang / dodot / tampet ( kain songket) : motif kain songket dengan motif
subahnale, keker, bintang empet dll ) bermakna semangat dalam berkarya
pengabdian kepada masyarakat.
4.
Kain dalam dengan wiron / cute : bahannya dari batik jawa dengan motif
tulang nangka atau kain pelung hitam. Dapat juga digunakan pakain tenun
dengan motif tapo kemalo dan songket dengan motif serat penginang .Hindari
penggunaan kain putih polos dan merah . Wiron / Cute yang ujungnya sampai
dengan mata kaki lurus kebumi bermakan sikap tawadduk-rendah hati.
5.
Keris : Penggunaan keris disisipkan pada bagian belakang jika bentuknya
besar dan bisa juga disisipkan pada bagian depan jika agak kecil. Dalam aturan
pengunaan keris sebagai lambang adat muka keris ( lambe/gading) harus menghadap
kedepan, jika berbalik bermakna siap beperang atau siaga. Keris bermakna
: kesatriaan - keberanian dalam mempertahankan martabat. Belakangan ini karena
keris agak langka maka diperbolehkan juga menyelipkan “pemaja” (pisau
kecil tajam untuk meraut).
6.
Selendang Umbak ( khusus untuk para pemangku adat ): Umbak adalah sabuk
gendongan yang dibuat dengan ritual khusus dalam keluarga sasak. Warna kain
umbak putih merah dan hitam dengan panjang sampai dengan empat meter. Dihujung
benang digantungkan uang cina ( kepeng bolong). Umbak sebagai
pakaian adat hanya digunkan oleh para pemangku adat,
pengayom masyarakat. Umbak untuk busana sebagai lambang kasih sayang dan kebijakan.
pengayom masyarakat. Umbak untuk busana sebagai lambang kasih sayang dan kebijakan.
B. Busana
Adat Perempuan dan maknanya
1.
Pangkak : Mahkota pada wanita berupa hiasan emas berbentuk bunga-bunga yang
disusun sedemikian rupa disela-sela konde.
2.
Tangkong : Pakaian sebagai lambang keanggunan dapat berupa pakaian kebaya
dan lambung dari bahan dengan warna cerah atau gelap dari jenis kain
beludru atau brokat. Dihindari penggunaan model yang memperlihatkan belahan
dada dan transparan .
3.
Tongkak : Ikat pinggang dari sabuk panjang yang dililitkan menutupi pinggang
sebagai lambang kesuburan dan pengabdian
4.
Lempot : Berupa selendang/kain tenun panjang bercorak khas yang disampirkan di
pundak kiri. Sebagai lambang kasih sayang.
5.
Kereng : Berupa kain tenun songket yang dililitkan dari pinggang sampai mata
kaki sebagai lambang kesopanan, dan kesuburan.
6.
Asesoris : Gendit /Pending berupa rantai perak yang lingkarkan sebagai ikat
pinggang, Onggar-onggar ( hiasan berupa bunga-bunga emas yang diselipkan pada
konde) jiwang / tindik (anting-anting), Suku /talen/ ketip ( uang emas atau
perak yang dibuat bros) kalung dll.
Catatan : Pemakaian alas kaki dibenarkan meskipun pada aslinya tidak digunakan. Alas kaki yang boleh digunakan berupa selop baik yang dibuat dari bahan karet maupun kulit. Belakangan ini pada wanita yang menggunakan jilbab tetap bisa dibenarkan dengan modifikasi menambah mahkota yang dihias sebagaimana penggunaan konde/cemara
Ø Ngurisan
(Cukuran)
Setelah merarik (nikah) membuahkan
hasil (momongan) di Lombok mengadakan upacara ngurisan.
Tradisi
“ngurisan” atau cukur rambut bayi pada saat perayaan maulid Nabi Muhammad SAW
merupakan tradisi yang sudah lama dilaksanakan di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Tradisi “Ngurisan” atau cukur rambut bayi yang baru lahir atau berumur dibawah
enam bulan bagi masyarakat Lombok biasanya dilaksanakan di masjid atau musala
pada hari-hari besar agama Islam, terutama saat peringatan hari kelahiran Nabi
Muhammad SAW.
Sejumlah
bayi digendong orang tua atau kerabatnya di bawa ke masjid bersama dengan beberapa
jenis bunga dan beras kuning yang diletakkan dalam sebuah nampan berisi
kepingan uang logam. Sebelum prosesi “ngurisan” dilaksanakan oleh para tokoh
agama dan masyarakat dari bebeberapa kampung di dalam dan luar, terlebih dulu
dimulai dengan “namatan” atau pembacaan ayat-ayat pendek yang dilakukan oleh
anak-anak usia sekolah dasar.
Setelah
itu dilanjutkan dengan pembacaan kitab barzanji atau riwayat perjalanan
Rasulullah SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa untuk menerima perintah
shalat lima waktu sehari semalam dari Allah SWT. Selesai pembacaan kitab
barzanji tersebut barulah proses “ngurisan” dilaksanakan bersamaan dengan
“selaqaran”. Seluruh tokoh agama dan masyarakat yang diundang harus mencukur
atau memegang kepala bayi.
Tradisi
itu juga merupakan warisan para orang tua dulu sehingga harus dihormati dan
dilestarikan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Masing-masing
lingkungan memiliki jadwal yang sudah disepakati oleh warga di lingkungan
setempat, sehingga para tokoh agama dan tokoh masyarakat yang menjadi undangan
berasal dari kampung yang belum memiliki jadwal pelaksanaan maulid. Tamu
undangan memperoleh penganan berupa kue khas lombok seperti tarek, iwel,
tempeyek dan lainnya yang disediakan oleh warga kampung yang mengundang mereka.
Pada siang harinya para undangan memperoleh makan siang berupa nasi lengkap
dengan lauk pauknya, dan sore hari tamu undangan memperoleh buah-buahan atau
yang disebut dengan “dulang penamat” atau makanan terakhir setelah prosesi
“ngurisan” berakhir
SISTEM KOMUNIKASI MASSA
Adapun beberapa pendapat para ahli tentang
komunikasi massa sebagai berikut :
1. Menurut bittner komunikaasi massa
adalah pesan yang di maskomunikasilkan melalui media massa pada sejumblah besar orang.
2. Maletzke mendefinisikan komunikasi
sebagai berikut:
a. Komunikasi massa yaitu setiap bentuk
komunikasi yang menyampaikan pernyataan
secara terbuka melalui media penyebaran teknis tidak langsung dan satu
arah pada publiik yang tersebar.
b. Bentuk komunikasi massa dapat di
bedakan dari corak yang lama karna memiliki karakteristik utama sebagai berikut
diarahkan kepada khalayak yang relatif besar , heterogen, di sampaikan secara
an anonim, pesan di sanpaikan secara terbuka,
cendrung berada atau bergerak
dalam organisasi kompleks yang melibatkan biaya besar, maksudnya
komunikasi massa di artikan sebagai jenis komunikasi yang di tunjukan kepada sejumlah khalayak yang
tersebar,keterogen,dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga
pesan yang sama dapat di terima secara serentak.
Secara
sederhana komunikasi massa adalah komunikasi yang melalui media massa yakni
media elektronik(televisi, radio,internet), dan media cetak(koran
,majalah,dll).
Sebagaiman definisi-definisi diatas, yaitu
komunikasi masa diartikan yaitu jenis komunikasi yang di tunjukan kepada
sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau
elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak,
Secara sederhana komunikasi massa adalah
komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar majalah,radio televisi dan
film, secara teknis kita dapat tunjukan 4 tanda pokok komunikasi massa menurut
elizabeth-Noelle Neuman(1973)
1. Bersifat tidak langsung
Artinya imformasi yang disampaikan harus
melalui media teknis,
2. Bersifat satu arah
Artinya tiadak ada fitback langsung atau
intraksi lansung antara peserta komunikasi yaitu komunikator dan komunikan,
informasi yang di sampaikan hanya terarah ke komunikan.
3. Bersifat terbuka
Pesan yang di sampaikan di tunjukan kepada
publik yang banyak yang tersebar dan tidak terbatas dan anonim
4. Mempunyai publik yang secara geografis
tersebar.
Sistem komunikasi masa juga mempunyai
karakteristik psikologis yang has dibandingkan dengan komunikasi intrapersonal ,
ini nampak pada pengendalian arus imformasi, umpan balik,stimulasi alat indra dan
proporsi unsur isi dengan hubungan.
a. Pengendalian Arus Informasi
Mengendalikan arus informasi artinya mengatur
jalanya pembicaraan yang di sampaikan dan yang di terima. Contohnya : Ketika
kita membaca tilisan dalam sebuah buku, kita tidak bisa hentikan penulis buku
tersebut dengan perkataan ‘’tunggu du lu ada yang belum saya pahami’’ kita terpaksa mengikuti alur dalam buku
tersebut tampa bisa mengarahkan tulisan dalam buku tersebut, kita tentu boleh memberikan garis
bawah pada kata-kata yang penting dalam buku tersebut ataupun melempar buku
tersebut, atau mengulang kembali yang sudah kita baca. Tetapi kita tidak bisa
mempengaruhi pengaran buku untuk meralat atau mengubah penjelasanya dalam buku
yang kita baca. Karna kita dan pengaran buku terlibat dalam proses komunikasi
massa, dan buku adalah medianya.
Menurut
cassata dan asate(1979) bila arus komunikasi hanya di kendalikan oleh
komunikator, sitwasi dapat mengundang persuasi
yang efektif. Sebaliknya bila
khalayak dapat mengatur arus imformasi, sitwasi komunikasi akan mendorong
belajar yang efektif.
Dalam sistem komunikasi massa, komunikator sukar menyesuaikan pesanya
dengan reaksi kumunikate. Dalam istilah komunikasi , reaksi khalayak yang di
jadikan masukan buat proses komunikasi berikutnya disebut umpan balik.
b. Umpan Balik
Umpan balik berasal dari teori sibernetika
dalam mekanika – teori mekanistik tentang proses mengatur diri secara otomatis.
Norbet Wiener (1954) yang menulis buku ‘’cybernrtiks and society’’ ia memandang
komunikasi dan kontrol itu identik. Sister sibernetika menjelaskan sietem
komunikasi yang mengontrol fungsi sistem mekanis, umpan balik adalah metode
mengontrol sistem. Dalam sibernetika umpan balik adalah keluaran sistem yang’’
dibalik ‘’ kembali kepada sistem sebagai masukan tambahan dan berfungsi
mengatur keluaran berikutnya.
Dalam komuikasi umpan balik dapat di artikan
sebagai respons. Peneguhan, dan servomekaanisme intenal. Fisher (1978) sebagai
respon, umpan balik adalah pesan yang dikirim kembali dari penerima ke sumber,
memberitahu sumber tentang reaksi penerima, dan memberikan landasan kepada
sumber untuk menentukan perilaku selanjutnya.
Umpan balik sebagai peneguh , bermula dari
psikologi behaviorisme. Respon yang diperteguh akan mendorong orang untuk
mengulangi respon tersebut. Sebaliknya respon yang tidak mendatangkan ganjaran
atau tdak diperteguh akan di hilangkan. Dalam hubungan ini umpan balik adalah
respon yang berfungsi mendorong atu merintangi kelanjutan perilaku.
Disini umpan balik ada yang bersifat fositif
dan negatif,
a. umpan balik yang fositif adalah respon
yang mendorong prilaku komunikatif berikutnya,
contohnya, seandainya ketika anda sedang menjelaskan suatu hal kepada
saya dan anda bertanya, bagaimana dengan
pendapat mu?? Dan saya mengatakan bagus sekali, dan anda bersemangat untuk
melanjutkan menjelaskan lagi.
b. Umpan balik yang negatif yaitu respon
yang menhambat prilaku komunikatif, contohnya : ketika seorang dosen mengajar
di kelas dan semua mahasiswa yang tidak sepaham denganya maka akan berpengaruh untuk
proses komunikasi selanjutnya.
Umpan balik sebagai servo mekanisme berasal
dari mekanika. Dalam setiap sistem selalu ada aparat yang memberikan respon
pada jalanya sistem, ambillah ‘’rice cooker’’ sebagai contoh, masukan beras dan
air kedalamya dan nyalakan penanak nasi
anda, bila penanak nasi itu mencapai panas tertentu panas akan masuk kesistem
elektris dan mematikan alat itu secara otomatis, panas itu menjadi umpan balik
yang mengatur mekanisme penanak nasi.
Sebagaimana kerangka mengenai umpan balik
dalam komunikasi massa, umpan balik sebagai respon mempunyai volume yang terbatas dan lewat berbagai saluran. Pada
komunikasi masa umpan balik sebagai respon bisa dikatakan hanya ‘’zero
feedbeck’’ wartawan hampir tidak pernahtau reaksi pembacanya, ia hanya
membayangkan reaksi itu hanya didalam benaknya , apakah pembaca itu ekspresinya
senag, ceria,cemberut dan lain sebagainya,. Mungkin orang hanya mengirim surat
keredaksi, menelpon ke pemancar , tetapi sebagai umpan balik volumenya terbatas
dan saluranya hampir selalu tunggal.
Halyang sama trjadi pada umpan balik sebagai
peneguhan, redaktur surat kabar majalah, atau penyiar radio dan televisi
biasanya memperoleh umpan balik secara terlambat,
Stimulasi Alat indra
Dalam komunikasi massa stimuli alat indra
bergantung pada jenis media masa, pada media koran, surat kabar, majalah
pembaca hanya melihat, pada radio, khalayak hanya mendengar, dan pada televisi
kita mendengar dan melihat.
McLuhan (1964) Ia menguraikan perkembangan
sejarah berdasarkan penggunaan media masa. Ia membagi sejarah umat manusia pada
tiga babak.
1. Babak tribal ketika alat indra manusia
bebas menangkap berbagai stimuli tanpa dibatasi teknologi komunikasi.
2. Babak Gutenberg, ketika mesin cetak
menyebabkan orang berkomunikasi secara
tertulis dan membaca dari kiri kekanan, disini hanya indra mata yang mendapat
stimuli sehingga manusia akan cendrung berfikir linier
3. Babak Neotribal, ketika alat-alat
elektronik memungkinkan manusia menggunakan beberapa macam alat indra dalam
komunukasi.
c. Proporsi Unsur Isi dan Hubungan
Pada sistem komunikasi intra personal setiap
komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus, pada komunikasi
intra personal hubungan sangat penting,
namun pada komunikasi masa unsur isilah yang penting. Contohnya seorang istri:
Ketika kita berkomunikasi denganpacar kita,
pesan yang kita sampaikan kadangkala tidak berstruktur dan tidak sistematis dan
sukar disimpan dan dilihat kembali(retriefal). Biasanya tidak kita tidak pernah
mengatakan ‘’marilah kita bagi obrolan kita hari ini menjadi 4 bab, dengan
judul 1) kasih sayang. 2)ceritakan mantan 3) acara mingguan’’ yag kita
bicarakan juga sukar didengar kenbali kecuali kalau kita merekamnya, dalam
hubungan komunikasi intra personal yang menentukan efektivitas bukanlah struktur tetapi aspek hubungan manusiawi,
Dalam Sistem komunikasi massa berita disusun berdasarkan sistem tertentu
dan ditulis dengan menggunakan tanda-tanda baca dan embagian paragraf yang
tertif. Pidato dalam radio juga disampaikan secara sistemastis. Dan di
televisi sudah jelas disiarkan menggunakan urutan yang ditetapkan,
pesan media massa juga dapat dilihat dan didengar kembali. Bagian berita yang
penting dapat di kliping dan di baca kembali.
Kata pengantar
Puji syukur
kehadirat allah swt. Yang telah memberikan kesempatan dan pengetahuan kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami ini, yang nantinya akan
membahas dan merangkum mengenai ‘’sistem komunikasi masa’’ dimana nantinya kami
akan memaparkan beberapa pengertian komunikasi massa dan efek sistem komunikasi
masa bagi personal seseorang.
Sebagaimana
yang kita ketahui banyak orang yang menyebutkan bahwa abad ini merrupakan abad
komunikasi massa, komunikasi telah mencapai tingkat dimana orang mampu
berbicara dengan jutaan manusia secara serempak dan serentak. teknologi komunikasi
yang moderen dan mutahir telah menciptakan apa yang di sebut publik
dunia, kunjungan obama ke indonesia, pertandingan indonesia melawan laos di
fiala AFF, kontak senjata di jalur gaza antar palestina dengan israel dapat
disaksikan di seluruh pejuru dunia secara serempak dengan perkembangan
teknologi komunikasi yang semakin mutahir, sehingga menimbulkan efek baik yang
negatif maupun efek yang fositif, dan juga menimbulkan kecemasan dari efek
komunikasi massa ini.
Kesimpulan
Masyarakat
moderen meman tidak akan terlepas dari komunikasi mass, baik untuk kebutuhan
pribadi maupun kebutuhan kelompok, baik untuk mendapatkan imformasi dunia
maupun nasional, untuk memenuhi kebutuhanya dalam segi informasi wawasan maupun
berbisnis, karna dimana komunikasi massa merupakan komunikasi yang dilakukan
melalui media tertentu seperti surat kabar, radio televisi, dan internet.
Sistem
komunikasi massa memiliki karakteristik yang berbeda dari komunikasi lainya,
seperti pengendalian arus informasi hanya di kendalikan oleh komunukator dan
komunikan tidak bisa mengatur alur komunikasi secara langsung, umpan balik,
dalam komunikasi massa kecil kemungkinan bahkan tidak ada kemungkinan seorang
komunikan memberikan umpan balik kepada komunikator, seperti wartawan, stimulasi alat indra, dalam proses ini indra
manusia dalam menangkap stimuli sangat terbatas, kita hanya mampu menggunakan
indra pengelihatan untuk mendapat informasi yaitu dengan membaca, dan hanya
menggunakan indra pendengaran untuk mendapatkan informasi dari radio, dan indra
pengelihatan dan pendengaran dari televisi. Proporsi unsur isi dengan hubungan,
unsur isi dalam media massa sudah diatur sedemikian rupa yaitu secara
sistematis berstruktur agar halayak mudah memahami maksud dari pesan yang di
sampaikan.
PSIKOLOGI KOMUNIKASI
SISTEM
KOMUNIKASI MASSA
Oleh :
Fahrurrozi :
153.111.001
Roni
mahayudidi :153.111.0
KPI (KOMISI PENYIARAN ISLAM)
FAKULTAS DAKWAH
INTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN ) MATARAM
2012/2013
Selasa, 18 Desember 2012
Langganan:
Postingan (Atom)